Pada akhir Mei yang lalu, OpenAI mengumumkan peluncuran ChatGPT Edu. ChatGPT Edu adalah versi khusus dari ChatGPT yang dirancang khusus untuk digunakan di universitas guna menerapkan kecerdasan buatan secara bertanggung jawab kepada mahasiswa, dosen, peneliti, dan staf kampus. ChatGPT Edu didukung oleh GPT-4o, model bahasa besar terbaru dan paling canggih yang dikembangkan oleh OpenAI saat ini. Dengan GPT-4o, ChatGPT Edu memiliki kemampuan untuk menerima input teks dan vision, serta dilengkapi dengan berbagai tools seperti analisis data, penjelajahan web, dan peringkasan dokumen. OpenAI menyatakan bahwa penawaran baru ini menawarkan tingkat keamanan dan kontrol perusahaan yang tinggi, namun tetap terjangkau bagi institusi pendidikan.
OpenAI telah mengumumkan bahwa ChatGPT dapat digunakan untuk berbagai keperluan di lingkungan kampus, mulai dari memberikan bimbingan belajar yang disesuaikan untuk mahasiswa, meninjau resume mahasiswa, membantu peneliti dalam menulis proposal hibah, hingga memberikan dukungan kepada fakultas dalam proses penilaian dan umpan balik. ChatGPT Edu dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan pendidikan dan operasional di lingkungan kampus. Beberapa fitur utamanya meliputi:
Akses ke GPT-4o: unggul dalam interpretasi teks, pengkodean, dan matematika. Kemampuan tingkat lanjut: mencakup analisis data, penjelajahan web, dan ringkasan dokumen. GPT yang dapat disesuaikan: universitas dapat membuat dan berbagi versi khusus ChatGPT di ruang kerja mereka. Batas pesan tinggi: menawarkan penggunaan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan versi gratis ChatGPT. Dukungan multibahasa: mendukung lebih dari 50 bahasa dengan peningkatan kualitas dan kecepatan. Keamanan dan privasi yang kuat: mencakup fitur seperti izin grup, sistem masuk tunggal (SSO), SCIM 1, dan manajemen GPT. Percakapan dan data tidak digunakan untuk melatih model OpenAI.
Pengembangan ChatGPT Edu terinspirasi dari kesuksesan penerapan ChatGPT Enterprise di universitas terkemuka seperti University of Oxford, Wharton School of University of Pennsylvania, University of Texas di Austin, Arizona State University, dan Columbia University di City of New York. Institusi-institusi ini telah menggunakan kecerdasan buatan untuk meningkatkan pengalaman pendidikan dan efisiensi operasional, sehingga membuka jalan bagi adopsi kecerdasan buatan yang lebih luas di dunia akademis.
Sebagai contoh, di Universitas Columbia, Profesor Nabila El-Bassel memimpin proyek untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam strategi yang bertujuan mengurangi kematian akibat overdosis, seperti yang dilaporkan oleh KompasTekno dari situs OpenAI, pada Senin (3/6/2024). El-Bassel dan timnya mengembangkan GPT yang dapat dengan cepat menganalisis dan mensintesis kumpulan data besar, mengubah penelitian yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu menjadi hitungan detik, sehingga memungkinkan intervensi yang lebih tepat waktu dan efektif. Di Wharton School, mahasiswa sarjana dan MBA dalam mata kuliah Profesor Ethan Mollick menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan tugas refleksi akhir mereka. Dengan terlibat dalam diskusi dengan GPT yang telah dilatih mengenai materi kursus, siswa melaporkan mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang pembelajaran mereka. Christiane Reves, seorang asisten profesor di Arizona State University, sedang mengembangkan GPT "Language Buddies" (Teman Bahasa) khusus agar siswanya dapat berlatih bahasa Jerman. AI ini memberikan percakapan dan masukan yang dipersonalisasi, membantu siswa meningkatkan keterampilan bahasa mereka sambil juga menghemat waktu pengajar dalam penilaian.