Penting Bagi Organisasi Sosial Untuk Mempersiapkan Diri Menghadapi Ancaman Serangan Siber

Kamis, 04 Juli 2024

    Bagikan:
Penulis: Zidan Fakhri
(Gambar: ANTARA/Ardika/am)

Peneliti Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) Hamid Abidin menekankan urgensi untuk melakukan antisipasi terhadap ancaman serangan siber yang ditujukan kepada organisasi di Indonesia yang bergerak di sektor sosial.

Laporan Doing Good Index (DGI) 2024 menunjukkan bahwa 66 persen organisasi sosial Indonesia yang disurvei mengalami serangan keamanan siber dalam dua tahun terakhir. Mereka lebih rentan karena hanya sedikit organisasi yang memiliki rencana keamanan siber, yaitu hanya 31 persen.

"Oleh karena itu, kita perlu menyadarkan dan mendorong sektor swasta, filantropi, maupun pemerintah untuk membantu mengatasi tantangan yang dihadapi organisasi sosial dalam melakukan digitalisasi terhadap operasional dan layanannya," ujar Hamid dalam siaran resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.

Sektor sosial di Indonesia mengalami transformasi digital yang cepat, sebagaimana yang terjadi di Asia. Laporan DGI 2024 mendukung pernyataan ini dengan menunjukkan bahwa pengelola organisasi sosial di Indonesia memiliki akses internet yang handal dan cepat di tempat kerja mereka, serta menggunakan perangkat komputer atau tablet.

Organisasi sosial di Indonesia juga telah mempromosikan profil dan karyanya di situs web, media sosial, dan buletin digital. Mereka juga semakin menggunakan teknologi digital untuk memberikan layanan daring, mengintegrasikannya dengan operasional organisasi, mengembangkan kolaborasi, dan memanfaatkan media sosial untuk promosi dan diseminasi informasi.

Sebagian besar organisasi melakukannya dengan menggunakan perangkat lunak dasar, sementara hanya sebagian kecil yang menggunakan perangkat lunak mutakhir.

Hamid mencatat tiga tantangan utama yang dihadapi organisasi sosial di Indonesia dalam pemanfaatan teknologi digital, termasuk dalam menghadapi serangan siber, di antaranya dana yang terbatas, rendahnya keahlian staf, serta minimnya dukungan dari donatur.

Hamid menyatakan bahwa mendukung digitalisasi dalam organisasi sektor sosial dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti memberikan donasi perangkat keras dan perangkat lunak, meningkatkan kapasitas staf organisasi sosial, meningkatkan konektivitas internet, serta mempersiapkan organisasi menghadapi serangan siber. Dukungan ini tidak hanya memperkuat profesionalisme dan efektivitas kerja organisasi sosial, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat penerima manfaat dapat dilayani dengan baik.

DGI 2024 secara khusus melakukan penelitian tentang digitalisasi sektor sosial. Penelitian dua tahunan yang dipimpin oleh Centre for Asian Philanthropy and Society (CAPS) melibatkan 2.183 organisasi sebagai responden dan 140 panel ahli. Penelitian DGI 2024 di Indonesia dilakukan bekerja sama dengan PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) dan melibatkan 202 organisasi serta 11 pakar.

(Zidan Fakhri)

Baca Juga: Polytron Fox 350 Meluncur, Hadir Dengan Skema Sewa Baterai Dan Fitur Lengkap
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.